Desa Labu: Adat Nganggung, Gunting Nama, Silaturrahmi
Nganggung adalah suatu kegiatan atau aktivitas dimana sekelompok orang berbondong-bondong membawa dulang yang isinya sudah disiapkan dari rumah masing-masing baik itu kue-kue, buah-buahan, makanan beserta lauk pauknya dan ditutup menggunakan tudung saji. Dulang ini biasanya diantarkan ke masjid, ke rumah adat atau kerumah warga yang sedang berduka atas meninggalnya keluarga. Nganggung juga dilakukan untuk memperingati hari besar Agama Islam seperti, memperingati hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, 1 Muharram, Isra Miâraj, kunjungan Gubernur/Bupati dalam kegiatan peresmian masjid dan sebagainya. Sedangkan sebagai bentuk duka cita atas meninggalnya seseorang dilakukan secara bergantian oleh masyarakat misalnya, nganggung dimulai oleh RW1 dan dilanjutkan oleh RW selanjutnya hingga penutupan 7 hari meninggalnya seseorang, dilanjutkan lagi ketika datangnya hari ke 25, hari ke 40, hari ke 100. Setelah itu tuan rumah bebas ingin diperingati atau tidak hari meninggalnya keluarga tersebut.
Dalam tradisi ngangung ini hampir seluruh masyarakat ikut serta dalam kegiatannya karena kegiatan ini sangat positif dan sangat bermanfaat bagi masyarakat di Bangka Belitung terutama dalam menjaga tradisi, silahturrahmi dan ukhuah islamiyah. Jika dioptimalkan tradisi budaya mempunyai nilai wisata yang sangat besar. Dalam tradisi nganggung ini begitu banyak nilai moral yang didapat seperti, memperkuat tali persaudaraan , memberi sedikit rezeki yang lebih kepada yang membutuhkan, serta mmemperingati Hari Besar Agama Islam. Seperti halnya kegiatan nganggung yang dilaksanakan oleh para ibu-ibu yang ada di Desa Labu ini Kepulauan Bangka Belitung pada acara Idul Adha 10 Dzulhijjah.